Ketika Mawar Hijau Mengering
Mawar Hijau yang mulai berkembang mengeluarkan pucuk daun muda pertamanya menyapa setiap tetes rintik hujan yang melekat selepas hujan semalam. kini, mentari pagi awal bulan maret menyapa dengan hangatnya.. kian lama mawar hijau tumbuh dengan subur dan daunnya kini semakin lebat.. dan lihat! itu pucuk bunga pertamanya.. bunga yang masih malu-malu untuk menyapa hangatnya mentari. lambat laun bunga yang tadinya masih berpucuk dan malu-malu kini mulai menampakan dirinya. indah rupanya, dia menyapa kepada dedaunan, kepada hujan dan matahari akhir april ini..
meski jarang dirawat, jarang disiram mawar ini tetap tumbuh dan berkembang layaknya bunga melati itu. iya! meski mawar ini berduri dan dapat melukaimu tetapi sebenarnya mawar hijau ini hanya ingin sedikit kau lihat, dan tentu kau sapa layaknya melati yang senantiasa kamu indahkan itu. ya tentu, mawar hijau ini pun begitu mengagumi melati, melati begitu cantik dan harum..
Dahulu memang aku sempat marah besar kepada melati karena kesalahpahaman yang hingga kini tidak dapat terselesaikan.. Aku marah karena melati mengganggapku jahat! telah melukainya dengan duri. padahal sebenarnya sedap malam itulah yang telah membuat kami bertengkar hebat! konyol memang. sedap malam yang harum dan tidak berduri itu bahkan lebih berduri daripada yang terlihat berduri sekalipun. sedap malam berhasil membuat persahabatan kami—hancur berantakan.
kini, Mawar Hijau dan Melati berjauh-jauhan dan terpisah jarak yang begitu jauh...
Mawar hijau ini tumbuh sendiri, tetap kokoh walau diterpa dinginnya angin malam.. kesunyiaan adalah teman sejatinya.. Mawar Hijau tidak pernah berharap lebih, kelak.. Mawar hijau hanya ingin dikenang. bukan karena tajam durinya yang dapat melukai, bukan pula kesombongannya dahulu tetapi kebesaran hatinya untuk memaafkan.. bukankah perdamaian itu indah ?
Mawar Hijau kini mulai mengering, karena Hujan sudah jarang bahkan tidak pernah menyapanya lagi. hanya matahari dan udara panas yang menyapa dengan ganasnya! membuat mawar hijau haus, lapar dan putus asa..
mawar hijau menyadari bahwa kelak dia akan semakin mengering dan kemudian—mati .
mawar hijau pun menyadari, disetiap kehidupan pasti akan ada kematian. bukankah tujuan kita hidup adalah mati?
semua bersumber dari Tuhan dan akan kembali pula pada-Nya.
matahari dan udara panas kian mengganas, Mawar Hijau tidak kuat lagi. dia semakin mengering.. dan pada suatu kemarau panjang akhirnya mawar hijau pun mati—tanpa seorangpun yang tahu.
sebelum mawar hijau mati dia menitipkan pesan untuk melati :
"Melati, Maafkan Duriku yang mungkin tidak sengaja melukaimu.." meski mawar hijau telah mati, setidaknya dia meninggalkan satu tempat untuk kehidupan tanaman—bunga yang lain..
saya selalu suka dengan cerita-cerita yang menganalogikan tanaman. Apalagi dibungkus dengan manis gini =)
BalasHapusmakasih juga ya udah berkunjung dan membacanya :)
Hapuskarya tulisan kamu juga bagus2 :)
Bagus ya..:)
BalasHapuswaktu baca aku serasa masuk buat ngebayangin suasananya.
Alhamdulillah :)
Hapusmakasih yaah ^^
Calon penulis nihh hehe :D
BalasHapusAamiin, makasih yah :D
Hapus