Kamu hanya dapat berencana, nak
Sedari kecil pasti akan selalu ditanya oleh orang lain : "Kalau sudah besar, kamu mau jadi apa?" atau "Cita-cita kamu apa, nak?"
Entah itu pertanyaan mendidik atau tidak yang dilayangkan untuk anak kecil yang masih demen ngemut permen kojek pada saat itu. Meski belum terlalu mengerti apa yang di lontarkan olehnya namun si anak selalu menjawab mantap, "MAU JADI DOKTER!"
Ya, anak itu tumbuh dengan keinginan dan cita-citanya yang besar. Cita-cita yang seakan 'mudah' sekali untuk diraihnya, kelak. Berkat cita-citanya itulah, ia selalu bersemangat dan senang sekali dengan permainan "Dokter-dokteran" Dimana ia seolah-olah jadi dokter sungguhan, menggantungkan stetoskop pada lehernya.
Ya, impian anak kecil pada umumnya memang :)
Lambat laun ia beranjak dewasa, Ia mulai mengerti banyak hal. Ia mulai di hadapkan pada banyak sekali pilihan. Dimana, Ia ingin mewujudkan cita-cita, keinginan dan impian masa kecilnya. Menjadi Dokter, namun Ia harus menelan pil pahit kenyataan bulat-bulat.
Setelah lulus SMP, Ia akan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas namun ia di hadapkan pada dua pilihan ; Pilih SMA? ATAU SMK?
SMA harus lanjut kuliah sedangkan SMK setidaknya punya keahlian jadi bisa langsung kerja dan dengan kemantapan walau dengan berat hati ia jatuhkan pilihan pada SMK dan terpaksa mengubur cita-cita dan impiannya menjadi dokter.
Setelah ia jalani, Ia memang nyaman dengan pilihannya tapi sering kali ia merasa berkecil hati saat melihat orang-orang berseragam serba putih yang disebut "DOKTER"
Harapan itu masih ada walau hanya setitik nila saja. Berangkat dari cita-cita menjadi dokter kemudian membelok menjadi dokter bedah komputer (Ke bidang TI maksudnya XD) dan sekarang impiannya memang hanya sebatas tinggal impian saja, mengingat kemampuan finansial keluarga dan 'kepintaran' otak serta hokinya tidak mencukupi, kandaslah semua impian masa kecil itu~
Ya, memang.. Sebagai manusia ia hanya dapat berencana. Tapi pada akhirnya Tuhan-lah pemberi semua keputusan. Mungkin, ada jalan lain yang lebih baik dari impian masa kecilnya itu :D
Ya Semoga saja ia bisa selalu menjadi 'dokter' bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya tanpa memakai seragam putih dan meletakan stetoskop di leherny
Entah itu pertanyaan mendidik atau tidak yang dilayangkan untuk anak kecil yang masih demen ngemut permen kojek pada saat itu. Meski belum terlalu mengerti apa yang di lontarkan olehnya namun si anak selalu menjawab mantap, "MAU JADI DOKTER!"
Ya, anak itu tumbuh dengan keinginan dan cita-citanya yang besar. Cita-cita yang seakan 'mudah' sekali untuk diraihnya, kelak. Berkat cita-citanya itulah, ia selalu bersemangat dan senang sekali dengan permainan "Dokter-dokteran" Dimana ia seolah-olah jadi dokter sungguhan, menggantungkan stetoskop pada lehernya.
Ya, impian anak kecil pada umumnya memang :)
Lambat laun ia beranjak dewasa, Ia mulai mengerti banyak hal. Ia mulai di hadapkan pada banyak sekali pilihan. Dimana, Ia ingin mewujudkan cita-cita, keinginan dan impian masa kecilnya. Menjadi Dokter, namun Ia harus menelan pil pahit kenyataan bulat-bulat.
Setelah lulus SMP, Ia akan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas namun ia di hadapkan pada dua pilihan ; Pilih SMA? ATAU SMK?
SMA harus lanjut kuliah sedangkan SMK setidaknya punya keahlian jadi bisa langsung kerja dan dengan kemantapan walau dengan berat hati ia jatuhkan pilihan pada SMK dan terpaksa mengubur cita-cita dan impiannya menjadi dokter.
Setelah ia jalani, Ia memang nyaman dengan pilihannya tapi sering kali ia merasa berkecil hati saat melihat orang-orang berseragam serba putih yang disebut "DOKTER"
Harapan itu masih ada walau hanya setitik nila saja. Berangkat dari cita-cita menjadi dokter kemudian membelok menjadi dokter bedah komputer (Ke bidang TI maksudnya XD) dan sekarang impiannya memang hanya sebatas tinggal impian saja, mengingat kemampuan finansial keluarga dan 'kepintaran' otak serta hokinya tidak mencukupi, kandaslah semua impian masa kecil itu~
Ya, memang.. Sebagai manusia ia hanya dapat berencana. Tapi pada akhirnya Tuhan-lah pemberi semua keputusan. Mungkin, ada jalan lain yang lebih baik dari impian masa kecilnya itu :D
Ya Semoga saja ia bisa selalu menjadi 'dokter' bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya tanpa memakai seragam putih dan meletakan stetoskop di leherny
Posting Komentar untuk "Kamu hanya dapat berencana, nak"
Hallo... Terima kasih sudah bersedia mampir di blog saya dan membaca postingan saya. Sempatkan untuk meninggalkan komentar yang relevan dengan isi postingan saya ya sebagai bentuk apresiasi agar saya tetap semangat menulis.
Sekali lagi terima kasih! ♡
Semoga betah mampir di blog saya :))