Tanpa Judul
Hai priaku lima
tahun yang lalu, Aku masih dapat mengingat dengan jelas, bagaimana aku harus
bersusah payah mendongkak-kan kepalaku sedikit keatas untuk menjumpai sepasang
matamu, berbicara sepatah-duapatah kata, bersenda gurau denganmu atau sekedar
tersenyum kepadamu. Sungguh, Aku masih ingat dengan jelas.. Raut wajahmu yang
tergambar pada waktu itu, Aku masih ingat dengan jelas bagaimana suara renyah
tawamu yang masuk kedalam kedua telingaku dan kemudian tersalur hingga
tersimpan dalam pikiranku. Dan lalu, diam-diam ku letakan kenangan itu dalam
tempat yang paling nyaman yang dapat dengan mudahnya aku raih sewaktu-waktu aku
merindukanmu.
Hai priaku lima
tahun yang lalu, Ingatkah kamu? Saat bagaimana kita saling malu-malu saat
orang-orang itu membiacarakan tentang kita. Tentang kebersamaan kita, tentang
betapa polosnya kita, dan bagaimana kisah pertemuan kita. Aku masih ingat
dengan jelas, saat diam-diam aku mencari sosokmu saat kemanapun aku pergi, ke
kantin, ke lapangan, saat melintasi kelasmu. Saat menjumpai bayangmu di depan
pintu kelasmu..
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. apa kau masih mengingatnya? Saat kita saling beradu senyum
suatu ketika, bercanda bersama. Saat kamu menjahiliku dan nyaris membuatku
terjatuh saat itu? aku masih ingat bagaima kamu selalu membuatku tertawa dengan
tingkah konyolmu? Dengan lawakan garingmu? Aku masih ingat bagaimana aku
menatap punggungmu hingga punggungmu lenyap dari pandanganku ketika kau pergi
dan meninggalkanku dan lalu aku masih merekam bayangmu bahwa pernah suatu
ketika ada kamu di depanku, dan lalu tersenyum.
Hai priaku lima
tahun yang lalu mungkin semua ini terasa konyol dan sedikit gila, bahwa tingkat
ketidakwarasaan akan bertambah seiring setiap kali aku merindukanmu? Betapa aku masih ingat dan
masih bisa merasakan sakitnya perpisahaan diantara kebersamaan kita yang begitu
singkat. Perpisahan yang bahkan hingga saat ini tak pernah ku mengerti apa
penyebabnya. Yang kutahu hanya kita saling menyalahkan diri kita masing-masing
yang tak merasa tak pernah menemui kata sempurna dan tak pernah membuat salah
satu diantara kita bahagia padahal sesungguhnya bersamamulah aku sudah merasa
lebih daripada cukup. Kehadiranmu menggenapkan kehidupanku yang ganjil dan
penuh dengan ketidakjelasaan serta ketidakwarasan logika ku.
Hai priaku lima
tahun yang lalu, diantara kita berdua mungkin telah terjadi banyak perubahan
dan perbedaan yang signifikan. Entah karena terlalu cepatnya kita berlari
ataukah terlalu cepatnya waktu dan keadaan yang meninggalkan kita pada suatu
ketika dimana kita bukan lagi menjadi kita, dan hanya tersisa aku dan kamu.
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. aku masih ingat dengan sangat jelas bagaima kita saling menjalani kehidupan kita
masing-masing dengan jalan yang berbeda
dan bersimpangan. Dengan keyakinan dan ideologi-ideologi perasaan kita
masing-masing. Aku masih selalu terkoneksi denganmu saat merasakan hadirmu,
rasanya jantungku masih selalu berdegup walau degupnya tidak lagi sekencang
dahulu. Dan kau tahu? Aku hanya dapat diam. Itulah satu-satunya cara terbaik
yang bisa aku lakukan. Berpura-pura seolah aku tak pernah merasakan sakitnya
memendam semua perasaan itu. Perasaan yang sudah jauh-jauh hari berusaha ku
buang jauh-jauh, perasaan yang selalu menyiksaku selama bertahun-tahun lamanya.
Perasaan rindu yang selalu kuabaikan bahkan kubunuh tanpa ampun dan kemudian
dengan liarnya selalu tumbuh di pekarangan hatiku selepas kau pergi.
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. maaf karena membiarkanmu pergi dariku tanpa pernah bisa aku
cegah. Maaf, telah melewatkanmu dan lalu berpura-pura ikut berbahagia atas
kebahagiaanmu yang pastinya kutahu bahwa kebahagiaan itu bukan untuk dibagi
bersamaku. Maaf, atas perasaan yang sedari lima tahun yang lalu terus menggelayuti
hatiku. Maaf.. maaf.. maaf... dan maaf atas semua hal dan kebodohan dalam
hidupku.
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. kau tumbuh begitu pesat, semua hal dalam dirimu telah berubah
dan kutahu semua itu adalah suatu kebaikan. Kau telah lebih baik daripada
dahulu. Tapi, tak kudapati kembali tatapan hangatmu saat menatapku, tak
kudapati lagi terselip ada namaku dalam sorot mata teduhmu.. tak kudapati semua
itu lagi, aku tahu itu.. mungkin sudah ada orang lain dalam hatimu..
Satu hal yang tak
pernah berubah bahwa tinggimu yang masih melampaui tinggiku, dan itu adalah
menjadi satu-satunya hal yang tak pernah berubah dari dahulu hingga sekarang.
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?
Masihkah ada
namaku di hatimu? Masihkah terselip kenangan kasih kita dahulu dalam hati dan
juga benakmu?
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. sesungguhnya sudah sejak lama aku bersikeras untuk
mengikhlaskanmu, mengikhlaskan semua hal yang telah terjadi dan ya, aku tak
pernah benar-benar dapat melakukan semua itu dengan baik.
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. tak bisa banyak kata yang dapat kuungkapkan. Hanya sebaris
kata-kata, “Baik-baik ya, Aku selalu merindukanmu..”
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. apakah kau masih bersikap tidak jelas seperti menutup telepon
saat lawan bicaramu belum sempat berkata apa-apa? Terjebak dalam keheningan dan
diam yang panjang dan helaan nafas yang dapat terdengar dari ujung telepon
tanpa berkata sepatah atau dua patah kata apapun? Sudah tidak demikian lagi,
bukan?
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. apa kau tau? Kata orang tulisan adalah kata yang paling jujur
saat lisan bahkan tidak mampu berkata apa-apa dan ya.. itu kelebihanku..aku
lebih mampu berbicara dengan leluasa dan bebasnya lewat tulisanku, bukan lewat
lisanku bukan juga lewat sikapku..
Hai priaku lima
tahun yang lalu terima kasih karena beberapa hari ini kau menjadi satu-satunya
alasanku untuk tersenyum..
Hai priaku lima
tahun yang lalu.. saat suatu hari kau membaca ini, kuharap semuanya belum
terlambat.. Bahwa masih ada yang diam-diam selalu merindukanmu dan
menggantungkan harapan pada saat hujan turun..
Hai priaku lima tahun yang lalu.. Sungguh aku tak memaksamu untuk memiliki perasaan seperti dahulu, karena cinta bukanlah sebuah paksaan. Anggaplah ini sekedar celotehan ngelindurku, Anggaplah ini hanya angin lewat yang tak perlu kau tanggapi dengan dahi berkerut..
Hai priaku lima
tahun yang lalu, selamat malam... senang mengenalmu....
Sudut kamar dekat colokan, 29 Agustus 2013_
Posting Komentar untuk "Tanpa Judul"
Hallo... Terima kasih sudah bersedia mampir di blog saya dan membaca postingan saya. Sempatkan untuk meninggalkan komentar yang relevan dengan isi postingan saya ya sebagai bentuk apresiasi agar saya tetap semangat menulis.
Sekali lagi terima kasih! ♡
Semoga betah mampir di blog saya :))