[Book Review] Haram Keliling Dunia By Nur Febriani Wardi
Penulis : Nur Febriani Wardi
Tebal : 293 Halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedua Mei 2013
Blurb :
Aku tidak pernah menyangka kalau keputusan spontan menggunakan aset kekayaanku satu-satunya, yaitu hasil pembagian tanah dari orang tua, untuk membiayai ibadah haji bersama Ayahandaku 6 tahun silam, menjadi berkah yang luar biasa dalam hidupku.
Berhaji dalam usia mudia, siapa yang tidak suka. Apalagi untukku yang penuh jiwa bertualang. Selain tumpukan buku-buku panduan haji, aku juga melengkapi diriku dengan kamera, handycam, buku catatan harian, dan bergulung-gulung kertas doa titipan "orang sekampung". Selain doa "sapu jagat" minta bahagia dunia akhirat, doaku yang paling sering kuulang-ulang pada setiap tempat makbul adalah S2 di luar negeri dan keliling dunia.
Dan.... Tuhan mengabulkan permintaanku itu. Ikuti kisahku menjelajah dunia!
yohoooooo~ sama seperti JIKA, saya memulai membaca buku ini pun sejak bulan Agustus lalu dan baru selesai sekarang. Lama sekali ya? Iya saya tahu itu :p Mungkin semangat membaca saya lagi kayak keong, lelet hihi :D
Rasanya luar biasa sekali kalau menyelesaikan tunggakan baca buku. Dan terjadilah review ini, selamat menikmati!
Awalnya, saat saya membaca buku ini dengan judul Haram Keliling Dunia saya langsung bertanya-tanya sendiri, "Kok keliling Dunia bisa Haram? Haram dari mananya? Emangnya ada dalil khususnya ya?"
Eh ternyata, Haram yang dimaksud disini adalah Masjidil Haram, Buku ini adalah catatan perjalan seorang Enfewe (Nur Febriana Wardi) yang memulai 'petualangannya' dari masjidil Haram sehingga Enefwe dapat keliling dunia plus beasiswa S2 keluar negeri pula! WOW! Siapa sih yang enggak mau yakan? :(
Karena buku ini bermula dari catatan di blog, menjadikan gaya penulisan enefwe menjadi seru, unik dan menarik. Saya pun menikmatinya plus nahan envy dengan foto-foto dokumentasi yang bertebaran~ hahaha xD
"Keliling dunia itu seperti memberi makan pada mata dan hati. Ia
bukan hanya memuaskan pandangan mata saja, tapi juga meluaskan hati.
Ketika mendatangi berbagai negara, kita akan sadar betapa luasnya bumi
ini. Betapa beragamnya manusia, dan betapa berbedanya satu sama lain.
Keliling dunia membuat kita lebih mensyukuri keindahan ciptaan-Nya,
bahkan menjaukan kita dari pemikiran yang sempit. Keliling dunia membuat
manusia lebih toleran dan saling menghormati."
Dari mulai Arab Saudi, Belanda, Italia, Swiss, Inggris, Prancis, Yunani, Jerman, Turki semuanya lengkap! dengan gaya bercerita enefwe yang khas, unik, lucu!
Dan juga ada beberapa tips yang diberikan, beberapa diantaranya tentang bagaimana tata cara shalat di negeri orang yang bahkan susah untuk menemukan masjid serta arah kiblat, ada juga tentang bagaimana memilih makanan yang halal karena namanya di negeri orang kita gak akan pernah tau kan, yang penting sih intinya cari makanan yang vegetarian kalau enggak bawa bekel dari rumah :p
ada beberapa tips untuk travelling untuk yang memiliki budget pas-pas-an :D
Selain buku ini membuat envy para pembacanya dengan segelintir foto dan cerita keliling eropa sambil study disana juga, membuat pembaca menjadi percaya bahwa kekuatan mimpi, usaha dan doa itu nyata adanya. Hmm, Menginspirasi sekali :)
Oh iya, satu nih pertanyaan penasaran saya buat mbak enfewe :
"Benua Eropa kan minoritas Islam ya, gimana sih caranya ngatasi keminderan kita? Apalagi untuk seorang muslimah dengan hijab yang dikenakan, apa orang-orang sana tidak menganggap aneh? Soalnya di buku ini mbak terlihat sangat akrab dengan mereka?"
Oh iya, satu nih pertanyaan penasaran saya buat mbak enfewe :
"Benua Eropa kan minoritas Islam ya, gimana sih caranya ngatasi keminderan kita? Apalagi untuk seorang muslimah dengan hijab yang dikenakan, apa orang-orang sana tidak menganggap aneh? Soalnya di buku ini mbak terlihat sangat akrab dengan mereka?"
Jika berkenan, mungkin mbak enefwe mau menjawabnya ^ ^
Oh iya, mohon maaf pertanyaan itu bukan maksud rasis atau SARA ya, serius.. Saya cuma penasaran aja, karena saya belum pernah juga kan ke luar negeri, dan berada ditengah-tengah mayoritas yang bukan agama saya itu seperti apa :3
Untuk mengakhiri review singkat ku kali ini, aku menyematkan 4 Bintang untuk buku ini. Aku suka covernya, lucu, imut dan manis. Aku suka foto-foto dokumentasinya dan Aku suka ceritanya :3
Dear Mimith,
BalasHapusThanks a lot for this very nice review.
Jawaban untuk pertanyaan kamu:
Menjadi minoritas itu bukanlah sebuah alasan untuk jadi minder, malah jadi bangga. Contoh, diluar negeri, kita malah ngerasa lebih nasionalis dibanding saat ada di Indonesia. Diluar negeri pake batik rame-rame aja rasanya bangga.. Nah, sama aja dengan menjadi muslim minoritas, malah nggak minder tapi bangga. Ketika nggak makan babi atau minum beer/wine, kita bisa bilang, no thanks. I am a moslem. Dan orang-orang itu udah pada tau kok, pilihan makanan dan jilbab itu bukan suatu hal yang aneh lagi. Orang-orang Eropa terutama di kota-kota besar setahu saya, sepengalaman saya, sudah mengerti bagaimana seorang muslim itu hidup dan berpenampilan. Karena sudah familiar, mereka jadi toleran, (maaf) mungkin tidak seperti yang digambarkan di film 99 Cahaya.
Salam haram,
@enefwe
WOHOOO!! dijawab langsung sama penulinsnya hehehe thanks mbak enefwe sudah menjawab 'kegalauan' dan rasa penasaran saya selama ini. Saya belum nonton itu film sih sebenernya :D
HapusTrima kasih ya atas reviewnya, sangat membantu menyelesaikan presentasi tentang buku ini.
BalasHapus