Lelaki November Kesekian.
Jika saya menghitung sudah sekian lelaki november yang saya temui. Tapi rata-rata sifat mereka tak jauh beda. Masih misterius dan sedingin hujan yang membuat saya menggigil dan jatuh cinta dalam waktu yang bersamaan. Masih ingat kan kamu? Pada kisah yang saya ceritakan dengan penuh berapi-api bahwa pada suatu ketika saya kembali menemui lelaki november kesekian. Agak lucu memang cara Tuhan mempertemukan saya dengan lelaki november yang satu hingga yang kesekian.
Saya tidak begitu mengenal dia, kami hanya sekedar bertatapan lalu waktu kembali meneruskan langkahnya hingga ia tak menyisakan ruang yang cukup untuk saya dan dia sekedar bertegur sapa. Tapi sejak pertemuan sepuluh detik itu dan kami saling beradu pandang dan dia tersenyum lebar disitu ada suatu perasaan mengalir deras dalam hati saya. Dan saya hanya dapat menikmati suasana itu tak lama. Saya jatuh cinta pada kesederhanaan nya, terlebih pada sepatu abu-abu kumal nya serta kemeja yang baru saya tahu mungkin menjadi kemeja favorit-nya sebab saya seringkali melihat ia mengenakan kemeja lengan panjang yang ia gulung tangan kemeja nya hingga setengah itu dalam hampir seluruh foto yang ia miliki di media sosialnya. Saya tak tahu pasti lelaki macam apa yang tengah saya hadapi itu. Saya pikir saya hanya sekedar menyukainya pada saat itu dan lalu waktu kembali membawa perasaan saya untuknya pergi tapi ternyata tidak sesederhana demikian. Saya semakin ketagihan untuk sekedar tahu kabarnya lewat kalimat demi kalimat yang ia tulis dalam media sosialnya. Saya luluh, semakin larut dalam ketiadaberdayaan diri saya sendiri.
Kapan hari saya sering melihat kabarnya bahwa ia adalah pejalan kaki sejati, bagaimana mungkin di jaman sekarang yang serba canggih ada orang yang bahkan tak ingin memakai kendaraan bermotor dan malah membiarkannya berkarat lalu lebih memilih untuk berjalan kaki atau menggunakan kendaraan umum? Agak terdengar lucu memang, dan saya pun tersenyum membacanya. Hingga akhirnya ia dapat membeli sebuah sepeda. Tak hanya karena itu saya menyukainya, saya juga menyukai bagaimana ia selalu berkelana dan begitu menggemari kereta dan yogyakarta, saya pun demikian. Entah konspirasi itu datang dari dalam perasaan saya sendiri atau alam pun berbahasa memberikan sebuah isyarat semu yang masih harus saya perjelas arah nya.
Saya tak pernah tahu akan kemana arah takdir akan membawa kehidupan saya, jikalau saya tak berjodoh dengannya. Saya cukup merasa senang sebab saya mengenal sosok seorang yang menurut saya luar biasa dan saya dapat banyak belajar kesederhanaan darinya.
Saya tidak begitu mengenal dia, kami hanya sekedar bertatapan lalu waktu kembali meneruskan langkahnya hingga ia tak menyisakan ruang yang cukup untuk saya dan dia sekedar bertegur sapa. Tapi sejak pertemuan sepuluh detik itu dan kami saling beradu pandang dan dia tersenyum lebar disitu ada suatu perasaan mengalir deras dalam hati saya. Dan saya hanya dapat menikmati suasana itu tak lama. Saya jatuh cinta pada kesederhanaan nya, terlebih pada sepatu abu-abu kumal nya serta kemeja yang baru saya tahu mungkin menjadi kemeja favorit-nya sebab saya seringkali melihat ia mengenakan kemeja lengan panjang yang ia gulung tangan kemeja nya hingga setengah itu dalam hampir seluruh foto yang ia miliki di media sosialnya. Saya tak tahu pasti lelaki macam apa yang tengah saya hadapi itu. Saya pikir saya hanya sekedar menyukainya pada saat itu dan lalu waktu kembali membawa perasaan saya untuknya pergi tapi ternyata tidak sesederhana demikian. Saya semakin ketagihan untuk sekedar tahu kabarnya lewat kalimat demi kalimat yang ia tulis dalam media sosialnya. Saya luluh, semakin larut dalam ketiadaberdayaan diri saya sendiri.
Kapan hari saya sering melihat kabarnya bahwa ia adalah pejalan kaki sejati, bagaimana mungkin di jaman sekarang yang serba canggih ada orang yang bahkan tak ingin memakai kendaraan bermotor dan malah membiarkannya berkarat lalu lebih memilih untuk berjalan kaki atau menggunakan kendaraan umum? Agak terdengar lucu memang, dan saya pun tersenyum membacanya. Hingga akhirnya ia dapat membeli sebuah sepeda. Tak hanya karena itu saya menyukainya, saya juga menyukai bagaimana ia selalu berkelana dan begitu menggemari kereta dan yogyakarta, saya pun demikian. Entah konspirasi itu datang dari dalam perasaan saya sendiri atau alam pun berbahasa memberikan sebuah isyarat semu yang masih harus saya perjelas arah nya.
Saya tak pernah tahu akan kemana arah takdir akan membawa kehidupan saya, jikalau saya tak berjodoh dengannya. Saya cukup merasa senang sebab saya mengenal sosok seorang yang menurut saya luar biasa dan saya dapat banyak belajar kesederhanaan darinya.
asik, detail nih di "pertemuan sepuluh detik itu".
BalasHapushahaha terlalu detail ya? ngalir gitu aja pas gue lagi ngetiknya nih :D
Hapusengga, pas aja pke kisaran waktu itu. rasanya jadi ikut ngbayangin sesuatu di waktu itu.
Hapushahahaha selamat membayangkan~ biarkan imajinasi lu berkeliaran membayangkan sepuluh detik itu. Eh, jangan2 lu pernah ngalamin juga apa? hahaha
Hapusklo dibilang pernah ngalamin ya bisa dibilang begitu tapi gak 10 detik jg, mungkin 3 detik lah :p
Hapus