Surat Cinta Untuk Sapardi Djoko Damono

Kepada :

Sapardi Djoko Damono

sumber google

Saya tak pernah begitu mengangumi hujan di bulan juni, tidak setelah saya mengenal sosokmu lewat sajak-sajak yang kau goreskan. Saya larut dalam setiap bait puisi yang kau goreskan. Mungkin, telah banyak insan yang mengangumimu bahkan tergila-gila pada setiap tarikan puisi yang kau buat. Mungkin, saya hanya sebagian kecil saja.

Saya mungkin memang tak setabah hujan bulan juni, sebab saya tak pernah dapat merahasiakan rintik rindu yang saya miliki entah pada pohon berbunga itu atau padanya.

Saya mungkin memang tak sebijak hujan bulan juni, sebab saya tak pernah dapat menghapus jejak kaki ragu-ragu yang saya miliki di jalan itu. Saya juga mungkin tak searif hujan bulan juni, sebab saya membiarkan yang tak terucap diserap akar pohon berbunga itu ataupun diserap oleh semesta untuk kemudian menguap ke udara dan bersatu dengan awan dan kembali menjadi hujan persis seperti air laut. Tetapi yang saya tahu, saya ingin mencintai sajakmu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Walaupun pada suatu hari nanti jasad saya tak ada lagi, tapi di sela-sela huruf sajakmu saya ingin mengenangmu selalu.

Terima kasih padamu dari saya. Atas segala kalimat indah yang telah membuat saya jatuh cinta. Saya ingin sepertimu yang dapat selalu 'hidup' dalam sajak-sajak yang kau buat sendiri. Walaupun saya belum berkesempatan untuk bertemu denganmu secara langsung.Tetapi semua itu tak akan menghilangkan segala kekaguman saya akan dirimu. Saya tahu kenapa karya itu abadi, sebab, pada suatu hari nanti ketika jasadmu sudah tak ada lagi. Ada kenangan yang kau tinggalkan untuk mereka yang terkasih dan mengasihimu. Selalu.

Tetap jaga kesehatanmu. Teruslah berkarya sebab itulah yang menjadikanmu ada. Ingat selalu, ada saya yang selalu menjadi pengagum setiamu hingga kapanpun itu.

Dari pengagum rahasiamu yang nyaris gila dan jatuh cinta secara bersamaan setiap membaca sajakmu.

Mita