Pre-Wedding Test : Dinamika Menjelang Pernikahan
Judul buku : Pre-Wedding Test
Cinta Perlu Diuji sebelum Cincin keburu Melingkar di Jari
Penulis : Wenda Koiman
Penyunting : Dewi Mulya
Tahun Terbit : Februari, 2015
Penerbit : AG Publisher
Tebal : vii + 173 halaman
ISBN : 602-1087-45-3
Blurb :
Menyematkan cincin pertunangan di jari manis calon pasangan kita adalah sesuatu yang indah dan sangat dinanti. Bahkan bagi beberapa orang, ini bisa senjata ampuh untuk menangkal pertanyaan paling jleb: "kapan kawin?"
Yup, masa-masa ini sangat indah menurut khayalan para lajang. Apakah Anda tahu, salah sayu masa terberat yang menguji cinta dan hubungan kita adalah justru di detik-detik menjelang pernikahan? Kisah masa lalu yang tiba-tiba muncul, over intervensi keluarga, keinginan yang berbeda untuk konsep wedding party, bahkan sampai pertanyaan terberat: benarkah kita sudah siap menerima calon pasangan untuk mendampingin seumur hidup dengan segala kekurangannya?
Pre-Wedding Test bercertita tentang Andra dan Gina, sahabat sekaligus kekasih yang selama delapan tahun melalui hubungan dengan sangat baik-baik saja. Mereka kemudian bertunangan. Selain kebagahiaan tang dirasakan, ada sedikit 'keraguan', apakah mereka benar-benar yakin dengan oasangan yang dipilih? Bagaimana jika ternyara jodoh mereka adalah sosok lain di luar sana? Mereka lalu sepakat melewati sebuah ujian bernama 'Pre-Wedding Test'. Satu fase yang dalam masa itu, mereka gak saling komunikasi, boleh melakukan apapun, dan dekat dengan siapapun.
Kalo foto Pre-Wedding, itu udah biasa, hampir semua calon pengantin melakukannya. Tapi Pre-Wedding Test? Ummm, silahkan mencobanya!
"Apa yang terjadi saat sepasang kekasih menguji 'cintanya'? Kisah yang asyik dibaca dan inspiring untuk para calon pengantin. Congrast, Wenda!".
-Dian Sasmita, Co Produser MD Pictures
***
Banyak orang yang mengira
bahwa ujian terberat bagi sepasang kekasih adalah ketika menjalani kehidupan
setelah pernikahan, namun ujian yang sesungguhnya berawal dari masa-masa
menjelang pernikahan, dimana seseorang harus benar-benar memantapkan hati untuk
siap menerima calon pasangan yang akan mendampingi seumur hidup.
Hal tersebut dialami pula
oleh Gina dan Andra, sahabat sekaligus kekasih yang selama delapan tahun telah
melalui hubungan dengan sangat baik-baik saja kemudian mulai menapaki jenjang
yang lebih serius. Di Green Cafe, Andra memberikan sebuah kejutan berupa makan
malam romantis, sebuah cincin tanda keseriusan dan melontarkan pertanyaan,
“wolud you marry me?” kepada Gina. Moment pertunangan romantis itu menjadi
sebuah titik baru dalam kehidupan percintaan mereka berdua. (halaman 4-5).
Setelah menapaki satu
jenjang yang lebih serius lewat cincin yang melingkar indah di jari Gina
sebagai sebuah bentuk komitmen serius, Andra dan Gina menjalani kehidupan
biasa-biasa saja yang normal. Namun, ada saja hal-hal tidak terduga yang Gina
dan Andra dengar dari teman-teman mereka tentang serba-serbi kehidupan rumah
tangga yang rumit dan tidak mudah. Gina yang mendapat cerita dari Revy—temannya
tentang kehidupan rumah tangga beberapa teman mereka yang berjalan tidak mulus.
Ada yang beristri ternyata selingkuh dengan teman kantornya dan ada juga teman
semasa kuliah mereka yang terpaksa bercerai karena mendapatkan tindak KDRT dari
suaminya. (halaman 11-13).
Sementara itu, Andra yang
terpaksa mendengarkan ‘curhat’ temannya yang sudah menjadi suami tentang
kehidupan pernikahan dengan istrinya. Bagaimana akan sangat jauh berbeda antara
kehidupan masih lajang dengan kehidupan setelah pernikahan, tidak bisa lagi
seenaknya dalam bertindak maupun bersikap. Para suami juga harus bisa tahan
kuping saat mendengarkan kecerewetan dari istri mereka (halaman 23-25). Andra
juga mendengarkan curhat atasannya perihal masalah kehidupan pernikahan yang
sudah dua belas tahun ia jalani bersama dengan istrinya, terlihat biasa-biasa saja
dan harmonis dari luar tidak menjamin dalamnya baik-baik saja ternyata. Puncaknya
adalah ketika istrinya mengeluhkan tentang masalah waktu dan perhatian untuk
keluarga. Para suami harus berjuang keras menafkahi keluarga dan memberikan
kehidupan yang layak bagi keluarganya, tapi disisi lain ada saja yang harus
dikorbankan salah satunya adalah waktu bersama keluarga yang tidak jarang
terkuras oleh urusan kerjaan. (halaman 47).
Mendengar cerita-cerita
tentang kehidupan rumah tangga yang tidak mulus membuat baik Gina maupun Andra
menjadi ragu tentang hubungan mereka berdua yang sudah berjalan selama delapan
tahun. Mereka perlu untuk memantapkan hati dan diri mereka agar siap ketika
harus menghadapi ujian-ujian pada kehidupan setelah pernikahan mereka kelak. Kenyataan
bahwa hubungan Gina dan Andra yang selama ini berjalan mulus-mulus saja tanpa
rintangan yang berarti, membuat mereka berpikir ulang untuk mencari sebuah
pembuktiaan atas hubungan mereka. Gina melontarkan sebuah keputusan yang cukup
mencengangkan bahwa mereka berdua harus break
sejenak selama dua minggu dan menjalani pre-wedding
test untuk ajang instropeksi diri guna mematangkan kesiapan mereka berdua
melangkah ke jenjang pernikahan yang pastinya akan penuh dengan ujian yang
lebih berat dan sebagai suatu antisipasi jika kelak mereka mendapatkan ujian
semacam itu, mereka sudah tidak kaget lagi. Pre-wedding
test juga untuk membuktikan apakah mereka benar-benar berjodoh dan memang
pantas untuk hidup bersama seumur hidup atau apakah tenyata mereka adalah jodoh
dari orang lain yang ternyata salah dipertemukan? Lewat pre-wedding test, Mereka lebih memilih lebih baik gagal di awal
sebelum pernikahan dibandingkan harus gagal setelah pernikahan nanti, karena
pernikahan bukan ajang untuk main-main dan coba-coba. Selama menjalani masa pre-wedding test mereka berdua tidak
boleh bertemu, tidak boleh saling berkomunikasi, bebas melakukan yang mereka
inginkan, bebas untuk dekat dengan siapapun dan tanpa larangan apapun. (halaman
50-56).
Anyway, Saya nggak mau spoiler
hahaha. Jadi, bagaimanakah kelanjutan kisah Andra dan Gina, berhasilkah mereka melewati
masa-masa pre-wedding test? Dan bagaimanakah hasil dari pre-wedding test,
berjodoh kah mereka hingga berhasil naik ke pelaminan? Jawabannya ada di dalam
buku ini. :)
Buku ini terasa padat,
baik konflik maupun alurnya. Saat membacanya nggak kerasa kerasa, tau-tau abis. Cuma yang saya sayangkan adalah saya merasa buku ini tergolong terlalu tipis, Coba saja jika 200 halaman atau lebih pasti akan jauh lebih menarik, ya walaupun ending di buku ini terselesaikan dengan baik. Satu lagi yang menjadi
perhatian saya adalah terlalu banyaknya dialog mungkin ya, harusnya
porsinya bisa lebih seimbang, tapi secara keseluruhan buku ini asyik untuk dibaca. Bahasanya
juga ringan karena menggunakan gaya bahasa sehari-hari khas orang metropolitan.
Buku yang sangat menghibur namun sarat dengan makna yang terselip di dalamnya,
diceritakan dari dua sudut pandang berbeda secara bergantian lewat Gina dan Andra, sepasang
tunangan yang telah menjalani hubungan lama dan akan menuju ke jenjang yang
lebih serius yaitu pernikahan namun ternyata untuk sampai pada jenjang itu,
harus melewati ujian-ujian—yang menjadi bumbu penyedap menjelang pernikahan. Pembaca
diajak untuk menyelami dari dua sudut pandang yang berbeda namun tetap satu
kesatuan membuat pembaca bisa merasakan bagaimana perjuangan pasangan yang
akan naik pelaminan dengan segala ujian-ujian yang harus dilewatinya. Salah satu buku yang dapat
menembah pengetahuan baru bagi pembacanya, terlebih jika akan naik ke pelaminan.
"Kalo kata orang cinta pertama itu gak pernah mati, mungkin bener. Tapi cinta pertama dan cinta sejati itu gak sama. Cinta pertama adalah sesuatu yang gak bisa kita tolak, terlanjur ada dan membekas di dalam sana. Tapi cinta sejati, itu pilihan hidup yang siapapun harus melewati sebuah ujian besar untuk memantapkannya." (halaman 166)
Saya menyematkan tiga bintang untuk buku ini. Buku yang layak dibaca untuk mereka yang masih lajang, berencana akan naik pelaminan ataupun yang telah menikah. Selamat menemukan cinta sejati kita masing-masing ya, kalaupun belum, semoga segera :)
udah nyimak, ternyata gak di spoiler hahahaha
BalasHapusHuahahaha maaf!
HapusKarena spoiler itu nggak baik.
Aku pribadi, suka sebel kalo nemu spoiler, hahaha jadi ya, barangkali ada yang nggak suka sama spoiler juga sama kayak aku. XD
Keren! terima kasih ya! :)
BalasHapusHallo, kak... Makasih juga ya! :D
HapusSetuju tentang perbedaan cinta pertama dan cinta sejati
BalasHapusIya, memang beda. Saya juga rada setuju.
Hapus"kapan kawin?"
BalasHapuspertanyaan simpel yang bikin saya jawabnya harus mikir panjang :)
oh ya mbak, masih ga mudeng sama pre wedding test
maksudnya itu menguji kesetiaan calon suami/istri?
apa ga takut ujung2nya pisah?
mungkin di buku ini happy-ending ya?
Iya menguji gitu, apa emang layak bersama.
HapusKalo di buku ini sih nggak bikin takut pisah, malahan pre-wedding test bisa jadi salah satu alternatif pencegahan awal. Misal, daripada nanti calon pasangan selingkuh pas sudah menikah nanti, ya lebih baik gagal di awal dan ketauan sifat asli dari pasangannya. Gitu.
Bukan cuma menguji kesetiaan aja sih, bisa dijadikan bahan instropeksi diri juga bagi masing-masing calon suami/istri.
Sekali lagi ini karya fiksi, tapi bisa diliat dari sisi positifnya sih soal pre-wedding test itu. :)
Yang pasti semua konfliknya terselesaikan dengan baik kok. :)
Buku yang menarik nih :)
BalasHapusperasaan, buku dengan tema ini lagi ngetren, ya?
BalasHapus