Sebelum Memeluk Angan
(Cerita
panjang di Balik Layar Novel Memeluk Angan)
Memeluk Angan bermula dari ide mentah yang
kucetuskan begitu saja pada Deta. Kalau tidak salah ingat selepas tahun 2011.
Saat itu aku sedang mengalami patah hati dan Deta juga tengah berada di keadaan
yang juga tidak baik. Istilahnya dua orang patah hati yang membentuk aliansi
pejuang move on. Catat ya, bukan aliansi gagal move on. Hahaha! Dan menulis novel Memeluk Angan jadi terapi
penyembuhan untuk kami.
Dari ide mentah yang kucetuskan ternyata
bersambut. Deta pun menyetujui untuk ikut andil. Aku dan Deta akhirnya
berdiskusi serius dan mulai sepakat untuk membuat projek karya bersama dengan
menulis novel bersama. Sebelumnya aku dan Deta memang sudah beberapa kali
membuat projek iseng bersama. Dulu kami punya blog bersama dan pernah membuat
karya digital bersama. Dulu hobi Deta menggambar manual dengan tangan,
sementara aku lagi gandrung-gandungnya dengan Photoshop dan menggambar digital.
Beberapa kali aku yang mewarnai dan mengedit digital dari gambar tangan
buatan Deta.
Membuat projek iseng bersama Deta
semenyenangkan itu. Mungkin begitu lah rasanya ketika menemukan satu orang yang
sehobi, satu visi misi, dan saling bertukar rasa percaya.
Dan kamu percaya tidak kalau kenyataannya
hingga kini aku dan Deta belum pernah satu kali pun bertatap muka di dunia
nyata? Jika kamu tidak percaya, kamu tak sendirian kok. Banyaaaak
sekali orang yang memang tidak percaya. Bahkan sampai terkejut ketika
mengetahui fakta itu untuk pertama kali. Mereka tak menyangka dan
mempertanyakan bagaimana bisa dua orang yang belum bertatap muka sama sekali
membuat karya bersama? Tentu bisa, Aku dan Deta adalah bukti nyatanya.
Dulu saat ramai-ramainya istilah sahabat pena,
aku dan Deta sepakat menamai persahabatan kami sebagai sahabat dunia maya. Dan
awal perkenalan kami pun tak biasa. Ada lah satu cerita dan kami bersepakat
tidak ingin membahasnya kali ini. Hahaha. Cukuplah itu jadi rahasia kami berdua
dengan Yang Maha Kuasa.
Proses menulis menulis Memeluk Angan dilakukan
benar-benar berdua dalam arti sebenarnya. Aku dan Deta menulis tiap babnya
secara bergantian. Mungkin karya duet lainnya seringnya ditulis dengan dua
sudut pandang yang berbeda dari masing-masing. Namun Memeluk Angan benar-benar
dibuat melebur jadi satu. Ada sisi dan sentuhan khas aku dan Deta. Mungkin
kalau teman-teman pembaca jeli pasti menemukan mana ciri khasku dan mana ciri
khas Deta.
Meskipun proses menulis Memeluk Angan sangat
kami nikmati, tapi dalam perjalanan panjangnya kami sering maju-mundur
menyelesaikannya. Banyak faktor. Banyak alasan. Terlalu banyak jika harus
dijabarkan satu persatu. Aku yakin kamu akan bosan mendengarnya. Maka, untuk
satu hal itu mari kita skip saja.
Dalam proses panjang Memeluk Angan itu semua
berjalan mengalir begitu saja. Kami sempat tenggelam dalam kehidupan dunia nyata
kami. Meski sesekali kami tetap bertukar kabar.
Sampailah di suatu kamis di tahun 2013. Ini
jadi salah satu titik draft Memeluk Angan ingin dilirik kembali. Aku menghadiri
sebuah acara seminar sastra di kampus. Atas undangan dari Beranda Pers (club yang
kuikuti saat itu) untuk meliput acaranya. Sebetulnya itu acara teman-teman dari
Jurusan Sastra Indonesia, tapi memang dasarnya Mita itu anak Komunikasi yang
lebih condong minatnya ke Sastra (saat itu belum penjurusan dan belum menemukan
Jurnalistik sebagai minat lain) akhirnya seneng banget ikut seminar itu.
Dalam acara seminar itu, menghadirkan tamu
salah satu penulis novel Indonesia yaitu @OkkyMadasari . Jujur saja ketika itu
aku baru tau dan baru pertama kali mendengar nama Okky Madasari. Seminar itu berlangsung
seru sekali. Keseruan acara seminar sastra itu pernah kutulis di blog
juga.
Dalam acaranya ada kesempatan untuk
bertanya, si anak pasif yang cenderung gak bisa berbicara di depan umum ini
tiba-tiba dapat keberanian untuk mengutarakan ide novel yang saat itu sedang
dikerjakan bersama Deta yang mana jadi draft awal novel Memeluk Angan. Aku
mendapatkan beberapa masukan, salah satu yang kuingat Mbak Okky bilang,
"Ide itu juga menarik untuk jadi sebuah novel. Temanya bisa jadi sosial
juga."
Mendengar hal itu, aku jadi merasa bersemangat
untuk merampungkannya lagi. Dan patut kuacungi jempol peran Deta begitu besar
untuk menguatkanku dan jadi salah satu alasan hingga akhirnya Memeluk Angan
bisa sampai sekarang.
Fakta lain yang perlu teman-teman pembaca
ketahui yaitu sebetulnya pada draft awal novelnya aku dan Deta memberi judul Catching
Happiness sebelum akhirnya diubah menjadi Memeluk Angan.
Fakta lainnya adalah ide novel Memeluk Angan
lahir pula karena Aku dan Deta yang tadinya ingin mengikuti lomba yang diadakan
salah satu penerbit besar di Indonesia yang saat itu mengusung tema 7 Dosa
Besar Manusia a.k.a Seven Deadly Sins. Kami
mengambil tema Marah dan Dendam karena kedua hal itu dekat sekali dengan
kehidupan sehari-hari. Dan Zaoldy bisa saja penjelmaan Aku, Deta, atau pun kamu yang membaca novel Memeluk Angan ketika pernah mengalami perasaan ketidakadilan dalam hidup yang kamu jalani. Zaoldy perwujudan perasaan kecewa, marah, luka, namun juga ingin bangkit di waktu yang bersamaan.
Niat awal membuat Memeluk Angan memang pada akhirnya batal untuk disertakan dalam lomba
itu, namun Mita dan Deta 'muda' kala itu masih menggenggam angan bahkan sampai ingin
memasukan novel itu ke lomba Dewan Kesenian Jakarta. Dasar yaa kami tuh. Banyak angan-angan
sekali.
Pada akhirnya lujung-ujungnya lagi-lagi batal entah
karena lombanya tidak kekejar atau karena kami keburu sadar diri kapasitas kami
belum sampai bisa sejauh itu. Oh atau justru memang draft awal Memeluk Angan
belum bertemu jodohnya saja.
Tahun berganti tahun. Waktu berlalu
begitu cepat hingga tahu-tahu sudah berlalu lima tahun. Dan akhirnya pada
akhir tahun 2018 Memeluk Angan menemukan jalannya--menemukan jodoh untuk bisa
terbit jadi sebuah buku.
Selama berkarya, tidak pernah aku merasa
sesentimental ini ketika naskah dari masa lalu akhirnya menemukan jalan untuk
bisa terbit dan dibaca oleh lebih banyak orang. Tidak berhenti hanya dibaca
olehku, oleh Deta, atau segelintir orang pembaca pertama draft kami saja.
Memeluk Angan rasanya seperti 'anak' bagiku.
Meski mungkin aku bukan 'orangtua' yang baik, tapi aku bahagia karena akhirnya
Memeluk Angan bisa lahir dari proses panjang yang meski tak mudah, tapi sangat
berkesan. Memeluk Angan bukan novel remaja yang ditulis bersama semata, di
dalamnya ada perasaan yang tercurahkan dan berbagai pengorbanan panjang. Ada
harapan yang diselipkan pula di dalamnya.
Draft Memeluk Angan dibuat selepas 2011. Dan
akhirnya novel Memeluk Angan selesai cetak di Oktober 2019. Dan rasanya jadi
kado terindah untukku di tahun ini, di usiaku yang menginjak seperempat
abad.
Aku selalu rindu berkarya. Walau aku merasa
seringkali tidak produktif. Semoga Memeluk Angan bisa jadi pengingat sekaligus
penguat untukku supaya terus semangat berkarya dalam bentuk apapun itu. Meski
novel ini bukan 'anak' pertamaku, tapi Memeluk Angan jadi karya pertama yang
memuat nama "Mita Oktavia" pada sampul depannya.
Dan kebahagiaan lain yang kurasakan adalah
meski nama Mita Oktavia banyak dan pasaran, tapi hanya ada satu Mita Oktavia
yang menulis Memeluk Angan. Uhuyyy~
Terima kasih untuk semua orang yang sudah
percaya pada minatku dalam dunia menulis dan selalu mendukungku. Terima kasih
pada orang-orang yang tak pernah menertawakan mimpiku ketika dulu selalu
kubilang ingin jadi penulis (karena penulis dulu dianggap pengkhayal yang
ulung). Terima kasih pada orang-orang yang selalu memberikan dukungan dan
semangat bahwa asa yang selalu kupeluk erat ini suatu saat akan
tergenapi.
Terima kasih juga untukmu, partner duet
menulisku yang masih mau percaya dan terus ada ketika aku sempat merasa sudah
putus asa. Sungguh aku bersyukur sekali memiliki sahabat dan rekan duet
sepertimu. Dan terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah memesan
Memeluk Angan. Semoga kisah Zaoldy bisa dinikmati dengan baik seperti aku dan
Deta yang sangat menikmati menulis dan merampungkan Memeluk Angan hingga akhirnya bisa sampai ke tanganmu! Terima
kasih!
Aku waktu smk juga pernah pengin bikin buku bersama seorang teman namun sampainskrg blm keturutan. Wah akhirnya proses yg panjang membuahkan hasil ya ka, pasti lega, seneng, bangga dan bahagia. Selamat menatap dunia, Memeluk Angan!
BalasHapusSalam kunjungan dan follow disini ya. Salam kenal dari Malaysia :)
BalasHapus