Suara Kemanusiaan Para Milenial
Suara Kemanusiaan di Jakarta Humanity Festival (www.mitaoktavia.com) |
Sore itu aku
tiba di M Bloc Space, Jakarta Selatan kulihat suasana sudah ramai. Banyak orang
yang sudah duduk membentuk setengah lingkaran dengan rapi di salah satu sudut
yang sudah disiapkan. Ada payung polos dan alat-alat lukis yang terletak di
depan mereka. Di depan ada dua MC dan satu orang perempuan berwajah kalem, tapi
kencantikannya terpancar meski dari kejauhan. Tak lama lagi berlangsung
kegiatan workshop “Melukis Payung” bersama Chiki Fawzi.
Keseruan workshop "Melukis Payung" bersama Chiki Fawzi. Milenials maupun ibu-ibu dan anak-anak pun tak kalah antusias. (www.mitaoktavia.com) |
Dan ya, perempuan yang
kulihat itu ternyata Kak Chiki. Kegiatan itu pun dimulai, kulihat para peserta
sangat antusias berkreasi dengan payung polos yang dipegangnya. Mengoleskan
kuas dan cat air dengan begitu teraturnya. Seru sekali melihatnya. Membuat
karya memang semenyangkan itu rasanya. Aku tahu sekali rasanya. Kegiatan
workshop itu pun terasa santai dan akrab sekali.
Pandanganku tertuju pada
salah satu karya peserta yang menurutku bagus. Dua orang perempuan tampak fokus
dengan payung yang sudah tidak lagi berwarna putih polos. Setengah bagiannya
sudah terisi pola yang kutebak nampak seperti pulau di Indonesia yang berwarna
hijau dengan perpaduan biru yang seolah-olah menggambarkan lautan. Cantik
sekali. Dan ternyata mereka jadi salah satu pemenangnya! Wah~ Selamat!
Oh iya, aku
lupa memberi tahu pada teman-teman pembaca… Hehehe… Jadi, pada Minggu, 26
Januari 2020 kemarin, Aku mengisi akhir pekanku dengan kegiatan positif dan
berfaedah. Aku berkesempatan hadir ke acara Jakarta Humanity Festival (JakHumFest)
2020 yang diadakan oleh Dompet Dhuafa.
Acara ini pertama kali diadakan pada tahun 2019, berarti tahun ini adalah tahun
kedua acara ini kembali digelar. Dan misi yang digagas selalu sama, yakni mengajak
para milenial untuk lebih peduli terhadap permasalahan sosial, kemanusiaan dan
lingkungan lewat berbagai aktivitas yang positif dan bermanfaat. Dalam acara Jakhumfest
juga menghadirkan tokoh-tokoh publik yang kompeten dalam bidangnya dan peduli
terhadap isu sosial, kemanusiaan, dan lingkungan. Jakarta Humanity Festival 2020
jadi tahun pertamaku datang ke acara ini. Menarik dan menyenangkan. Itulah
kesan pertama yang aku rasakan.
***
Selepas dari
melihat keseruan para peserta workshop melukis payung, aku pun berjalan-jalan
di sekitar. Tak sendiri, aku bersama Mardiah dan temannya, Nisa. Aku dan kedua
temanku memutuskan melihat-lihat di sekitar, tampak di beberapa bagian ada
foto-foto yang terpasang rapi.
Salah satu sudut pameran fotografi di JakHumFest (www.mitaoktavia.com) |
Potret fotonya rata-rata menggambarkan suasana kegiatan
relawan yang sedang bertugas membantu korban bencana alam dan suasana di daerah bencana. Ternyata ada
beberapa sudut pameran foto yang dapat dinikmati dalam tajuk “Humanity
Exposure”.
Berbagai potret foto yang dipasang menggambarkan kisah relawan yang bertugas dalam aksi kerelawanan dan kemanusiaan, berhasil diabadikan dalam bidikan fotografer kemanusiaan Dompet Dhuafa.
Aku agak merasa sentimental ketika melihat berbagai potret foto di depanku. Selain menulis, aku memang memiliki minat pula pada foto. Beragam peristiwa selain dapat tersaji melalui tulisan juga lewat foto. Dan foto biasanya lebih dari cukup untuk menggambarkan banyak hal dari peristiwa yang terbingkai di dalamnya. Istilahnya tuh “a photo can tell many stories, memories, and histories”. Foto-foto yang ada seakan bercerita dan menonjolkan sisi-sisi sosial dan kemanusiaan yang selalu berhasil menggetarkan dan menyentuh perasaan.
Sebuah potret kegiatan para relawan dalam misi kemanusiaan di daerah bencana (www.mitaoktavia com) |
Potret seorang relawan yang sedang bertugas dalam misi kemanusiaan (www.mitaoktavia.com) |
Berbagai potret foto yang dipasang menggambarkan kisah relawan yang bertugas dalam aksi kerelawanan dan kemanusiaan, berhasil diabadikan dalam bidikan fotografer kemanusiaan Dompet Dhuafa.
Salah satu sudut pameran fotografi (www.mitaoktavia.com) |
Salah satu sudut pameran fotografi (www.mitaoktavia.com) |
Salah satu sudut pameran fotografi (www.mitaoktavia.com) |
Aku agak merasa sentimental ketika melihat berbagai potret foto di depanku. Selain menulis, aku memang memiliki minat pula pada foto. Beragam peristiwa selain dapat tersaji melalui tulisan juga lewat foto. Dan foto biasanya lebih dari cukup untuk menggambarkan banyak hal dari peristiwa yang terbingkai di dalamnya. Istilahnya tuh “a photo can tell many stories, memories, and histories”. Foto-foto yang ada seakan bercerita dan menonjolkan sisi-sisi sosial dan kemanusiaan yang selalu berhasil menggetarkan dan menyentuh perasaan.
Tak jauh dari
sudut pameran foto, ada booth Preloved Charity Bazaar yang menjual barang-barang
pre-loved dari beberapa artis tanah air Indonesia yang hasil penjualannya akan
didonasikan melalui Dompet Dhuafa.
Memasuki area Preloved Charity Bazaar (www.mitaoktavia.com) |
Salah satu sudut display barang-barang preloved dan informasi tokoh publik yang terlibat di dalamnya (www.mitaoktavia.com) |
Seorang pengunjung datang memilih baju preloved yang ada (www.mitaoktavia.com) |
***
Kegiatan
Workshop “Melukis Payung” besama Chiki Fawzi salah satu dari serangkaian acara
yang ada di Jakarta Humanity Festival. Kegiatan itu dibuat karena terinspirasi
dari para pelukis payung di Yogyakarta dan merupakan penerima manfaat dari
salah satu program binaan Dompet Dhuafa. Kegiatan lainnya ada HumaniTalk, yakni
acara talkshow dengan tema lingkungan
dan kerelawanan bersama para tokoh publik dan pakar di bidang masing-masing. Di
antaranya:
1.
Swietenia Puspa (Founder and Executive Director of
Divers Clean Action) yang aktif menyuarakan dan membuat berbagai program guna
menjaga laut.
2.
Dithi Sofia (Program Manajer Indonesia Diet Kantong
Plastik) yang aktif menyuarakan gerakan diet kantong plastik.
3.
Dila Hadju (Founder Tumbuh Hijau Urban) yang aktif
menyuarakan program dan aktivitas yang menyeimbangkan alam, khususnya bagi
masyarakat perkotaan agar unsur alam tetap dapat dirasakan.
4.
Marsya Nurmaranti (Executive Director Indorelawan)
yang aktif berbagai inspirasi mengenai kerelawanan untuk perubahan Indonesia.
5.
Syamsul Ardiansah (Manajer Lingkungan Dompet Dhuafa)
yang konsen dalam program-program pengembangan dan kelestarian lingkungan.
6.
Adhe Indra Saputra yang merupakan relawan Dompet
Dhuafa yang aktif dalam kegiatan kerelawanan dan kemanusiaan
7.
Benny, Direktur Disaster Management Center Dompet
Dhuafa yang berbagi informasi dan pengetahuan tentang respon bencana dan
mengurangi resikonya setelahnya.
***
Serangkaian
keseruan acara di Jakarta Humanity Festival tidak berhenti dalam kegiatan talkshow, workshop, pameran foto, dan
bazar saja, pada malam hari ada Sound of
Humanity yang bisa dibilang jadi acara puncaknya. Di acara JakHumFest tahun
ini menghadirkan tiga musisi yang akan memberikan penampilannya. Musisi-musisi
yang tampil merupakan musisi-musisi yang memiliki minat dan ketertarikan yang
sama dalam permasalahan sosial kemanusiaan dan lingkungan. Mereka adalah Chiki
Fawzi, V1mast, dan Navicula.
Acara Sound of
Humanity bertujuan untuk mengajak milenial untuk lebih peduli pada isu-isu
sosial, kemanusiaan, dan lingkungan melalui lagu yang dibawakan para musisi. Aku
pernah dengan bahwa musik itu bahasa yang universal. Lewat musik, kita seakan
diajak untuk merasakakan makna dan pesan yang ingin disampaikan sekalipun
mungkin kita tidak bisa membaca not baloknya. Terlebih jika musik itu berupa lagu yang tak hanya ada suara melodinya,
namun ada lirik lagu yang jadi pelengkapnya. Seperti yang aku rasakan di Sound
of Humanity.
Acara Sound of
Humanity mulai sekitar jam 20.00 WIB, penampilan pertama dibuka oleh Chiki
Fawzi. Sebelum tampil, ada sesi penyerahan simbolis sebagai ucapan terima kasih
pada wardah yang diwakili Chiki Fawzi (Spoken Person Wardah) diserahkan oleh
Dian Mulyadi GM Corporate Secretary Dompet Dhuafa.
Kak Chiki dan Bapak Dian dalam penyerahan simbolis ucapan terima kasih (www.mitaoktavia.com) |
Bersama
rekannya, Kak Chiki membawakan sekitar lima lagu. Sebagian besar dibawakan
dengan petikan gitar dan di beberapa lagu Kak Chiki juga memainkan alat musik
Akordeon.
Di lagu kelima, Kak Chiki membawakan lagu “Belukar Dunia”. Lagu yang musiknya indah ditambah suara Kak Chiki yang lembut dan membuat lagu ini semakin memanjakan telinga. Belum lagi liriknya juga penuh makna. Kak Chiki bilang bahwa membuat lagu ini terinspirasi dari Al Qur’an, Surah Yusuf.
Kak Chiki dan rekannya tampil membawakan lagu "Belukar Dunia" (www.mitaoktavia.com) |
Di lagu kelima, Kak Chiki membawakan lagu “Belukar Dunia”. Lagu yang musiknya indah ditambah suara Kak Chiki yang lembut dan membuat lagu ini semakin memanjakan telinga. Belum lagi liriknya juga penuh makna. Kak Chiki bilang bahwa membuat lagu ini terinspirasi dari Al Qur’an, Surah Yusuf.
Penampilan
kedua dari V1mast (Viza Mahasa), seorang musisi asal Yogyakarta. Sebelum tampil
pun ada sesi penyerahan simbolis kepada V1mast (dan mewakili para donatur) yang
sudah berkaloborasi dengan dompet dhuafa dalam campaign Milenial Bangun Masjid
untuk masjid yang ada di Palu. Hasil donasi yang terkumpul sudah berjumlah
kurang lebih 330 Juta Rupiah.
Selepas sesi
itu, V1mast langsung menampilkan penampilan yang menurutku pecah. Dari awal musik dimulai, V1mast
menyajikan musik yang menggabungkan unsur modern dengan tradisional
lewat alat musik gamelan yang V1mast mainkan. Tak ketinggalan lirik-lirik
lagunya pun unik dan menarik. Seperti di lagu pertama berjudul “Kurikulum
Hatimu” yang ada lirik soal kurikulum (Kimia, Biologi, Matematika, Fisika) tapi
kepanjangannya bikin ketawa. Serius, aku nikmatin lagunya sambil ketawa-ketawa.
Dan penampilan yang bikin merinding dan petjah saat V1mast membawakan lagu “Membaca
Pertanda”. Lagu yang jadi campaign “Milenial Bangun Masjid” bersama Dompet
Dhuafa.
V1mast tampil membawakan lagu "Membaca Pertanda" (www.mitaoktavia.com) |
Asli lah di lagu
ini bikin mataku berkaca-kaca. Liriknya ya ampun bermakna banget dengan musik
yang indah (di awal lagu V1mast memainkan alat musik Sasando dan di pertengahan lagu V1mast memainkan gamelan yang memang jadi ciri khas penampilannya). Berikut lirik lagu "Membaca Pertanda" yang menurutku maknanya dalam sekali:
“Bumi yang sabar, jangan bergetar… karena hatiku tak
mungkin tegar. Oh air yang tenang jangan kau menyerang. Karena air mataku tak
cukup mengenang… yang hilang… kadang ku
salah dan keras kepala… Segalanya tentangku saja. Tuhan maafkan sombongnya diriku
yang tak bisa membaca pertanda.”
“Kita dan alam semesta bagai anak dan ibunya. Kadang kala
tak sejalan namun tiada terpisahkan…”
Tuh, bagaimana
tidak ambyar setelah disuguhkan lagu dengan lirik yang bermakna dan musik yang
indah. Bahkan V1mast sampai menangis ketika membawakan lagu “Membaca Pertanda”.
Lagu ini memang bikin merenung juga sih kalau kita sebagai manusia mungkin
masih sering lalai dan egois pada sesama manusia maupun alam. Sayangnya pas
penampilan ini saking aku menikmati dan larut di dalamnya Aku tidak sempat
merekam keseluruhan penampilannya, tapi aku sempat merekam di detik-detik akhir
penampilan.
Setelah V1mast
tampil, selanjutnya giliran Navicula yang tampil. Sebelum tampil ada juga sesi
penyerahan simbolis ucapan terima kasih kepada Navicula dan mewakili para
donatur dalam program pembangunan 1000 rumah untuk Palu.
Penyerahan simbolis ucapan terima kasih kepada Navicula (www.mitaoktavia.com) |
***
Omong-omong
perihal inspirasi dan menginspirasi yang
aku dapat dari hadir di Jakarta Humanity Festival 2020, Aku jadi teringat sebuah kalimat yang diutarakan Kak
Chiki:
“Nasib Bumi ada di tangan orang-orang yang peduli”
Kalimat
sederhana memang, namun nyatanya membuatku merenungkan banyak hal. Kalimat yang
begitu dalam maknanya. Kalimat itu
memang ada benarnya dan dapat ditarik kesimpulan bahwa jika satu saja ada orang
yang peduli maka akan dapat membantu sekali. Bayangkan jika banyak orang-orang
yang peduli bukan tidak mungkin ‘kan jika
perubahan dapat direngkuh dengan jauh lebih mudah. Jika satu orang melakukan satu
kebaikan saja itu berarti.
Bagaimana jika banyak orang yang melakukan
satu kebaikan dan akhirnya berdampak besar untuk orang lain dan lingkungan?
Contoh kecil dan sederhana dalam keseharian
mungkin dengan mencoba dan berusaha untuk tidak buang sampah sembarangan. Apa
yang akan bisa diraih dengan satu kebaikan itu? Pertama, kamu mungkin telah
membantu meringankan pekerjaan beliau-beliau yang biasanya bertugas menyapu
jalanan. Kedua, kamu juga membantu bumi tetap indah karena tidak mengotorinya
dengan sampah yang berserakan sembarangan?
Kepeduliaan itu ternyata sepenting itu. Dari
kepedulian, akan timbul kesadaran dan rasa cinta dan kasih; pada sesama manusia, makhluk
hidup lain, dan juga lingkungan. Yuk,
teman-teman mari saling lebih peduli lagi agar kita bisa jadi manusia
bermanfaat dan selalu menebar kebaikan.
***
Aku bahagia
bisa dikasih kesempatan untuk hadir dan ikut ambil bagian dari bagian di acara
Jakarta Humanity Festival. Selain karena memang serangkaian acaranya positif
dan bermanfaat, ternyata hasil penjualan tiket Jakarta Humanity Festival akan
didonasikan untuk program kemanusiaan dan lingkungan yang dikelola oleh Dompet
Dhuafa. Jadi, selain datang untuk
seru-seruan, bisa belajar, menambah pengalaman, sekaligus ikut berdonasi
dan menebar satu kebaikan. Teman-teman juga bisa lho ikut ambil bagian. Yuk,
ke Jakarta Humanity Festival di tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya! :)
Posting Komentar untuk "Suara Kemanusiaan Para Milenial"
Hallo... Terima kasih sudah bersedia mampir di blog saya dan membaca postingan saya. Sempatkan untuk meninggalkan komentar yang relevan dengan isi postingan saya ya sebagai bentuk apresiasi agar saya tetap semangat menulis.
Sekali lagi terima kasih! ♡
Semoga betah mampir di blog saya :))