Kota yang begitu asing bagiku. Namun, seingatku masih begitu sejuk karena banyak pohon yang tumbuh. Aku tidak begitu ingat dan belum benar-benar tahu bagaimana rasanya pindah. Apakah aku sedih karena terpaksa meninggalkan kampung halaman--tempat di mana aku dilahirkan? Atau apakah aku malah bahagia karena akan memulai kehidupan baru di tempat lain yang barangkali lebih baik? Entahlah. Aku tak ingat dengan pasti. Aku hanya ingat tahu-tahu aku ada di rumah baru bukan lagi di rumah eyang, aku tahu semua itu karena melihat dari album foto yang masih mama simpan dengan rapi.
Terus terang, terkadang aku pun masih diliputi heran. Mengapa ingatan aku sewaktu kecil terasa begitu pendek? Tak banyak kejadian dan kenangan yang aku ingat dengan jelas. Semuanya samar. Hanya segelintir hal saja yang berhasil aku ingat dengan jelas. Sialnya, justru perisitiwa traumatis lebih membekas dibanding kenangan masa kecil lainnya yang bisa saja menyenangkan. Ah, menyebalkan!
Meski begitu, anehnya samar-samar aku ingat kenangan bersama rumah ini. Walau memang terasa seperti potongan puzzle yang harus dengan sabar aku susun satu persatu.
Rumah yang selama ini kutinggali bernama rumah nomer 34. Aku pindah ke rumah ini saat masih kecil, sementara adikku masih bayi. Setelah pindah, aku menjalani masa taman kanak-kanak dan sekolah dasar layaknya anak lain pada umumnya.
Mama memasukanku ke sekolah yang lokasinya tak jauh dari rumah. Katanya biar lebih mudah diawasi. Bahkan, kebiasaan itu berlanjut sampai aku di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Aku tidak pernah masuk ke sekolah yang jauh dari rumah, pasti selalu dekat dari rumah. Tidak perlu naik kendaraan, hanya perlu berjalan kaki hitungan menit dari rumah.
Semasa itu, aku tidak punya banyak teman, tidak pernah lebih dari 10 orang. Sepertinya bakat introvert aku sudah terlihat dari kecil. Hehehe. Sejak dini akhirnya aku merasa pertemanan itu yang terpenting adalah kualitasnya, bukan hanya kuantitas.
Masa kecilku layaknya anak kecil pada umumnya. Terasa lepas. Walau seingat aku juga sesekali penuh beban karena satu dan lain hal yang terjadi, tapi seperti mudah saja hilang saat aku pergi bermain dan tenggelam dalam asyiknya kebersamaan dengan kawan sebaya.
Bermain. Tertawa. Bahagia.
Kadang sesekali menangis juga akibat dijahili oleh teman sekelas yang nakal atau karena bertengkar dengan teman main di lingkungan rumah karena masalah receh khas anak kecil.
Kembali lagi ke cerita tentang rumah ini. Berkat album foto yang keluarga aku miliki, aku jadi masih mengingat jelas kalau saat itu rumah no.34 masih memiliki berbagai tanaman di halaman. Favoritku saat itu adalah pohon asoka dengan bunganya yang berwarna merah kala mekar. Dan satu lagi anggrek merpati berwarna putih yang tumbuh di batang pohon rambutan. Setiap mekar selalu tercium aroma yang harum.
Pohon rambutan dan pohon jambu air yang rindang membuat suasana halaman rumah jadi terlihat begitu asri dan sejuk. Tentu aku di masa kecil senang punya lahan bermain yang luas. Walau sejujurnya aku juga tidak begitu ingat rasa senangnya seperti apa. Hehehe.
Kehidupan baru di rumah no.34 terasa mengalir begitu saja. Ada banyak kenangan yang telah aku jalani di rumah ini. Kenangan manis, pun kenangan menyebalkan.
Rumah no.34 begitu nyaman bagiku. Aku betah sekali tinggal di rumah no.34. Walau banyak orang yang bilang rumahku ini kalau dilihat dar luar tampak sedikit menyeramkan. Di dalam rumah, meski siang hari itu gelap dan suasananya sepi. Jika orang melihat dari luar rumah, sering dikira tak berpenghuni. Padahal di dalam rumah, penghuninya sangat aktif berkegiatan.
Walau beberapa kali pernah dirumorkan sebagai rumah dengan suasana menyeramkan oleh tetangga sekitar dan para kenalan yang baru pertama kali bertamu. Namun, sebagai penguhuni rumah justru aku merasakan hal yang berbeda.
Setiap jengkal yang ada di dalam rumah no.34. Setiap ruangan yang ada di dalamnya. Penuh dengan banyak kenangan. Jadi, sama sekali tidak menyeramkan.
Tujuh belas tahun aku tinggal di rumah ini. Tujuh belas tahun aku seperti menyatu dengan segala hal tentang rumah ini.
Maka, ketika aku "terpaksa" pindah dari sini, ada perasaan berkecamuk dalam dada aku. Sedih. Tak rela. Dua perasaan itu yang paling dominan.
Aku tahu rumah termasuk benda mati. Tak memiliki perasaan.
Entah mengapa aku malah merasa rumah no.34 "hidup". Rumah ini seakan punya "nyawa". Aku telah menyatu dengannya selama ini.
Aku kira semua itu karena memang segala kenangan dan cerita yang telah "dihidupkan" selama keluargaku tinggal di rumah no.34.
Rasanya berpisah dengan dia yang sudah selama tujuh belas tahun menemani perjalanan kehidupanku, benar-benar tak rela.
Tujuh belas tahun telah aku lalui bersama rumah ini. Dari aku yang bahkan tak bisa mengenal diriku sendiri. Aku yang bahkan tidak tahu arti pindah dan memulai kehidupan yang baru. Aku hanya seorang anak 3 tahun yang mengikuti saja ke mana pun orangtuanya pergi.
Tahun demi tahun berganti. Tanpa kusadari, aku tumbuh bersama rumah ini dan kenangan di dalamnya.
Teman-teman rumah yang selalu senang main ke sini. Insiden dahi adikku yang 'bocor' dan harus mendapat beberapa jahitan akibat terjatuh saat bermain bola denfan tetangga karena lantai yang licin sehabis fogging.
Padahal aku melihat sendiri kalau kaki adikku disleding oleh anak tetangga. Dia panik dan tidak mengaku, malah menyalahkan lantai yang licin. Saat itu aku kesal sekali karena sikap tidak bertanggung jawabnya, padahal usia dia lebih tua dariku dan adik. Bukankah seharusnya mencontohkan sikap yang baik? Sejak saat itu, aku kurang suka dengan dia. Dia selalu tampak jahat saja di mataku.
Walau begitu, tapi kami bertetangga cukup lama. Baru sekitar beberapa tahun yang lalu mereka pindah.
Rumah no.34 memang punya kesan yang dalam untukku sejak kecil. Rumah ini jadi saksi bagaimana aku bermain dengan riang di sini dan bagaimana aku bertumbuh dewasa. Acara-acara keluarga yang pernah ada di sini; entah itu perayaan ulangtahun, syukuran ulangtahun, syukuran sunatan adikku, siraman nikahan om aku, dan acara lainnya. Berbagai tamu yang pernah mampir ke rumah selama ini.
Teman-teman yang selalu betah setiap main ke sini karena halaman dan teras yang luas. Benar-benar cocok untuk dipakai bermain lari-larian dan kejar-kejaran.
Belum lagi saat dahulu aku dan teman main pernah terkena demam bollywood. Aku bersama ketiga temanku selalu menirukan tarian yang ada di salah satu adegan film Kuch Kuch Hota Hai. Persis pada bagian Rahul, Anjeli, dan Tina yang tampil menyanyi dan menari bertiga saat acara kampusnya. Hehehe. Sementara teman yang lain yang kebetulan ikut bermain bersama setiap sore, hanya menonton saja. Kadang-kadang juga mereka asyik sendiri bermain.
Hingga kini film Kuch Kuch Hota Hai adalah film favorit aku sepanjang masa. Selain karena memang filmnya bagus dan menyentuh, film itu juga mengingatkanku akan kenangan masa kecil bersama teman main yang saat ini entah ada di mana sekarang.
Beragam kenangan. Setiap hal. Apa pun itu. Setiap jengkal yang ada di rumah no.34 ini rasanya begitu berarti untukku. Kenangan yang ada selama tujuh belas tahun, tak bisa begitu saja terhapus dalam sekejap.
Aku suka rumah ini. Aku suka tinggal di sini. Di sini aku nyaman. Di sini akses ke mana-mana sangat mudah (dan ongkos kendaraannya pun sungguh terjangkau). Lebih daripada itu, di sini separuh jiwaku rasanya sudah menyatu dengan rumah ini. Serasa tidak terpisahkan.
Aku tahu, setiap hal bahkan perubahan sekalipun pasti menyapa setiap orang. Kali ini, akulah yang mendapat gilirannya.
Aku tahu, aku tak bisa berbuat banyak untuk menghentikan perpisahan. Namun, aku yakin akan selalu mengingat bahwa rumah no.34 pernah menjadi bagian dari perjalanan hidup aku dan tersemat dalam ingatan dan kenangan.
Semoga di rumah baru dan lingkungan baru nanti aku dapat menemukan kenyamanan yang sama. Meski mungkin tak akan benar-benar sama, tapi semoga apa pun itu akan jauh lebih baik.
Sampai jumpa lagi, rumah nomer 34.
Terimakasih untuk tujuh belas tahun yang begitu berharga ini.
Posting Komentar untuk "Rumah Nomer 34"
Hallo... Terima kasih sudah bersedia mampir di blog saya dan membaca postingan saya. Sempatkan untuk meninggalkan komentar yang relevan dengan isi postingan saya ya sebagai bentuk apresiasi agar saya tetap semangat menulis.
Sekali lagi terima kasih! ♡
Semoga betah mampir di blog saya :))